Tujuan Saya Menulis, untuk Healing atau Self-Toxicing?
Ahem, apa kabar?
Semoga semuanya dalam kondisi sehat dan baik ya, aamiin.
Well, sebenarnya saya punya banyak sekali hal yang ingin ditulis dalam dua bulan terakhir, namun karena banyak kendala yang muncul serta kesibukan selama pandemi ini, maka akhirnya saya memutuskan untuk menulis satu quick post ini saja sebagai penyegaran blog. Sisanya akan saya cicil pada tulisan berikutnya ya, Insya Allah. Tidak sabar ingin berbagi pengalaman dan insight terbaru saya disini. :)
Jadi, hari ini saya membaca beberapa tulisan yang saya buat di tahun 2015an, lalu tulisan-tulisan yang saya buat di tahun 2019-2020 dan mulai membandingkan kesan yang saya dapat setelah membacanya. Mungkin kedengarannya aneh ataupun mengada-ada, tapi kesan saya secara pribadi (dengan mengesampingkan sebisa mungkin kalau itu adalah tulisan saya, the one and only me) adalah:
Apakah bener ini tulisan saya? (orang yang sama)
Terlalu banyak perubahan yang terjadi pada cara saya menulis dan menunjukkan emosi. Saya mengakui feel yang saya rasakan jauh berbeda.
Beda gimana sih?
Jika merujuk pada tulisan saya pada tahun 2015an, maka kesan yang saya dapatkan saat membaca tulisan itu adalah kesan ceria, penuh energi, positif thinking, easy going, dan banyak sifat lainnya, atau singkat kata, dominan bahagia.
Maksud saya, tulisan-tulisan itu saya tulis dengan perasaan bahagia yang genuine. Saya berbagi karena ingin, dan saya tidak terbebani atas apapun. Saya tidak punya kemarahan dan masalah apapun yang cukup untuk mengganggu tidur malam saya.
Lalu bagaimana dengan tahun 2019-2020?
Nah, disini masalahnya. Mungkin dalam perjalanan saya beberapa tahun belakangan, naik turun ombak psikologis saya rupanya juga sangat amat memengaruhi tulisan yang saya hasilkan, karena di masa ketidakstabilan menghampiri jiwa saya, (saya rasa dalam beberapa blogpost saya pernah menyinggung sedikit terkait dengan hal ini), tulisan saya pun juga banyak mengandung negativitas. Bukan berarti tulisan yang saya buat tahun ini semuanya toksis, hanya saja, kebanyakan diantaranya tidak menimbulkan perasaan bahagia dan istimewa yang sebelumnya saya rasakan pada tulisan beberapa tahun sebelumnya.
Saya menjadi pribadi yang banyak mengkritik, tidak puas dan seringkali tidak sadar menebar racun untuk diri sendiri di beberapa tulisan saya, terutama di sosial media. Puncaknya setelah tidak sanggup dikerumuni perasaan negatif, emosional saya pun sempat kacau dan akhirnya mengakibatkan masalah baru yang harus saya telan dan rasakan pahitnya berbulan-bulan.
Rangkaian peristiwa yang terjadi dalam beberapa tahun ini merubah saya. Saya yang ingin menjadikan tulisan saya menjadi media healing, malah berbalik menulis dan mengabadikan hal-hal buruk serta mengumpulkan emosi jelek dalam bentuk susunan kata, saya malah jadi orang yang paling toksik untuk diri saya sendiri.
I admit it. Now that I can think clearly, I feel ashamed for what I've done.
Saya yang awalnya menulis hanya karena ingin berbagi. Pure karena itu, karena saat awal membuat blog ini perihal monetisasi sama sekali tidak masuk dalam daftar tujuan utama saya.
Saya memutuskan untuk menulis agar diri saya dan orang-orang yang membaca tulisan saya merasa bahagia.
Malam ini, saya menulis untuk menanyakan kembali tentang tujuan saya menulis.
Saya yang awalnya menulis hanya karena ingin berbagi. Pure karena itu, karena saat awal membuat blog ini perihal monetisasi sama sekali tidak masuk dalam daftar tujuan utama saya.
Saya memutuskan untuk menulis agar diri saya dan orang-orang yang membaca tulisan saya merasa bahagia.
Saya memutuskan untuk menulis agar orang bisa mengambil ibrah, pelajaran, dan hikmah dari pengalaman yang saya lewati.
Saya menulis untuk berbagi dan menyembuhkan luka dan rasa sedih yang saya rasa.
Saya menulis untuk kebaikan.
4 comments
Semakin ke sini saat saya mulai perlahan menemukan arah hidup, rasa tulisan saya mulai ada perubahan yaitu lebih ke arah menemukan hal-hal kecil dan sederhana untuk disyukuri. Juga tentang mencari hal-hal positif bahkan di balik kesulitan yang dialami.
Saya pikir roller coaster itu bagian dari perjalanan hidup kita semua, mari tetap semangat menulis untuk kebaikan.