EbMBK9LV3U2J5pqb5aBuXdjmVrgXJ3azcHngXLqi
EbMBK9LV3U2J5pqb5aBuXdjmVrgXJ3azcHngXLqi

Bagian dari Komunitas:

Bookmark

5 Pertanyaan Penting Saat Memutuskan Menikah

Beberapa waktu yang lalu, aku membaca sebuah artikel yang isinya tentang pasangan anak SMP yang menikah muda. Well, pertama kali membaca judulnya aku merenung sejenak. Oke, sebentar, usia anak SMP berarti range usianya sekitar 13-15 tahunan ya. 

Wew, berani juga neh. Sama-sama muda pula. Usia suami dan istri ini kulihat kurang lebih sama karena masih bersekolah di jenjang SMP. 

Lanjut membaca artikelnya, aku pun tercengang membaca alasannya mengambil keputusan itu. 

Err... KARENA TAKUT TIDUR SENDIRI?

Nah, bukannya menghakimi karena aku berusaha percaya mereka pasti punya alasan yang mungkin saja tidak diungkapkan. Bagaimanapun aku pribadi juga tetap memberikan do'a agar pernikahan mereka langgeng sampai surga, karena langkah menikah itu sesuatu yang baik. 
 
Tapi, ini serius kan, ini menikah lho, bukan main rumah-rumahan. 

🌳🌳🌳

Baru beberapa saat yang lalu nikah muda booming di sosial media. Banyak yang bilang (bahkan kalau gak salah, aku juga pernah bilang kalau:) Menikah itu nggak cuma enak. Tapi enak bangeeeet! Namun jangan lupa, ada sambungannya ya.... beban dan tanggung jawab juga pasti besar. Ngana mau enaknya aja? ya nggak bisa

Memasuki tahun ke 5 pernikahan, aku semakin paham kalau ada beberapa hal yang harus kita yakin dan pahami dulu sebelum melangkah ke pelaminan. 

Perlu aku beri dislaimer dulu nih kalau disini aku menulis beberapa unek-unek bukan sebagai seorang expert, juga bukan penasehat pernikahan. Jadi mungkin banget salah

Ini cuma beberapa random thought yang wara-wiri di pikiranku melihat fenomena nikah muda yang lagi marak. 

Kalau sebelum menikah itu, paling nggak bisa menjawab 5 pertanyaan ini. Yap..


5 Pertanyaan Penting Saat Memutuskan Menikah 


1. Apakah kamu dan pasangan masih bersikap childish dan unfaithful? 


Mungkin belum saatnya kamu menikah, kalau makan aja masih merengek sama emak dianterin ke kamar.

Mungkin belum saatnya kamu menikah,  kalau kamu masih suka sok-sokan jadi teenager yang kabur dari rumah kalau habis kena semprot ortu. Orang tua yang sedarah aja kamu perlakukan begitu, apalagi sama pasangan hidup yang awalnya cuma orang asing. 

Mungkin belum saatnya kamu menikah, kalau masih suka ngembat uang bayar kuliah pemberian ortu. Kepercayaan masalah duit aja nggak amanah, apalagi kepercayaan yang lain?

Kalau untuk urusan ngambil makan sendiri aja nggak mandiri, atau bayar kost malah berkhianat sama orang tua. Jujur, dari pengalaman aku mengamati, aku nggak akan berharap banyak kalau keputusan pernikahan yang diambil bakalan langgeng dan 'berhasil'. Karena ibaratnya, hal-hal berupa kepercayaan kecil begitu aja masih belum bisa dipercaya, bagaimana dengan kepercayaan yang besar seperti pernikahan? 

(buset, ini ngetik apa pula diriku. Tiba-tiba masuk mode gahar!) 

2. Apakah kamu sudah pernah mendiskusikan banyak hal tentang hidup? Atau mengorek informasi calon hidup dalam-dalam? Atau bahkan melakukan test? 


Mau nggak hidup sampai mati sama orang nyebelin?

Istrinya masak, suaminya banyak kritik, rumah diberantakin anak bukannya bantu beresin malah marah-marah, anak sakit nggak bantu ngurusin, suka lirik peyempuan seksi sana-sini, pelit sama istri sendiri, temperamen, ringan tangan dan seterusnya. 

Atau, 

Suami udah kerja pagi sampai malam jadi budak kantor, merelakan hobi waktu masih muda agar bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga anak istri, tapi yang istri malah ngeluh kalau penghasilan kurang, tapi hobinya foya-foya, gak mengurus rumah dan anak dengan baik. Ngomel terus di rumah. Males-malesan melayani suami. Dan seterusnya. 

Agar terhindar, ada baiknya kamu harus tahu bagaimana karakter seseorang. Dan bagaimana cara mengetahuinya? Banyak. Mulai dari diamati dengan seksama, atau, 
konon cara yang paling sederhana adalah buat dia marah. Katanya, jika orang sedang marah, maka sifat aslinya akan keluar. 


3. Apakah kalian sudah punya penghasilan sendiri? 


Bukannya nggak percaya kalau misalnya pernikahan itu dijanjikan rezeki. Aku sudah membuktikan sendiri kalau sehabis nikah dan melahirkan, ada aja terus rezeki yang datang. 

Tapi, sebagai manusia biasa yang nggak tahu apa yang terjadi besok, kita juga harus punya pegangan dan stok keuangan yang memadai supaya nantinya nggak bikin susah keluarga.

Menikah Muda seperti saat sedang kuliah nggak masalah, tapi usahakan sudah punya sumber penghasilan yang bisa diandalkan. Kita nggak bisa makan cinta doang, kan?

Apalagi jika muncul kondisi khusus, misalnya diberi kepercayaan dari yang Maha Kuasa untuk hamil, lalu kemudian harus menjalani operasi caesar yang memerlukan biaya lumayan besar. Jangan sampai keuangan yang morat-marit jadi tambah gonjang-ganjing. 

Pada akhirnya, Menikah memang bukan cuma haha - hihi. 

4. Apakah kalian sudah bersepakat tentang Masa Depan Keluarga? 


Sebelum menikah, biasanya kita punya sederet persyaratan bagaimana calon ideal yang paling oke versi kita, tapi sebenarnya ada hal yang jauh lebih penting daripada kriteria seperti tinggi, baik, rajin menabung, suka bersedekah dan lain sebagainya itu. Yaitu, kesamaan pola pikir. 

Nanti, kita kita tinggal dimana? 
Kita 'pacaran' dulu atau langsung punya anak? 
Nanti pengen punya anak berapa? 

Hal-hal semacam itu lebih baik jika dari awal sudah di planning supaya punya target dan batasan. 

5. Sesudah menikah, wajib hukumnya menaati suami dan membimbing istri. 


Itulah kenapa poin 2 adalah kamu harus yakin dengan orang yang akan kamu nikahi. Karena habis nikah, tanggung jawab pindah dari punggung ayah ke punggung suami.

Bila suami bilangnya nggak usah malming ya nggak usah ngeyel banyak gaya kaya masih pacaran. Resiko itu ada. Apalagi kalau belum mengenal suami dengan baik. Wong yang udah pacaran lama aja banyak sisi yang baru terbongkar. LOL.

Suamipun juga sama, membimbing istri itu tidak mudah lho. Jadi jangan digampangkan, apalagi kamu sudah punya rencana untuk main tangan jika dia tidak taat. 

No, perempuan itu memang seperti tulang rusuk, bengkok bila dibiarkan, patah bila dipaksa lurus. Jadi seorang suami wajib menjadi Gentleman.

🌱🌱🌱

Hmmm. Lama-lama tambah emosional ya tulisannya. Tapi lega, bisa keluarin unek-unek.

Sudah dulu sampai disini yaaa... Semoga ada manfaatnya. Jujur tulisan yang aku buat di label marriage ini juga reminder buat aku pribadi juga, jadi aku memakai kata-kata yang lebih terasa. Hehe. Maafkan kalau kesannya kurang santun ya.

Well, Have a nice day! 

(ini adalah tulisan yang mangkrak di dasbor sejak 2-3 tahun yang lalu, mungkin artikel yang dimaksud di awal tulisan sudah tidak relevan lagi tapi poin yang ingin disampaikan masih bisa digunakan.)


Post a Comment

Post a Comment

Halo, terimakasih banyak sudah mampir yaa :)
Silakan tinggalkan komentar, Insya Allah saya kunjungi balik ^^