EbMBK9LV3U2J5pqb5aBuXdjmVrgXJ3azcHngXLqi
EbMBK9LV3U2J5pqb5aBuXdjmVrgXJ3azcHngXLqi

Bagian dari Komunitas:

Bookmark

Kemauan Anak Harus Selalu Dituruti, Benarkah?

SYUNAMOM.COM | Dulu, aku pernah melihat seorang anak yang merengek-rengek ditengah ramainya pasar. Anak itu memaksa ingin membeli sebuah mobil-mobilan yang dilihatnya di etalase toko mainan. Tangannya menunjuk-nunjuk, mulutnya terus mengiba berteriak, air matanya berlelehan. 

Namun sayangnya kalau dilihat-lihat dari raut muka Ibunya, beliau tidak mau mengabulkan keinginan anak itu. Sebaliknya, beliau berusaha membujuk agar si anak berhenti menangis dan mau pulang tanpa membelinya.

Sayang, usaha Ibu itu tidak berhasil, sang anak tetap keras kepala, dia mulai berguling dan menangis keras-keras. Sang Ibu mulai jadi pusat perhatian, dan karena malu, sambil ngomel-ngomel toh akhirnya dibelikan juga oleh si Ibu.

Pernah punya pengalaman serupa? 😁

Waktu aku masih belum punya anak sih pernah terpikir jalan gampangnya, kalau punya uang ya kenapa tidak langsung dibelikan saja supaya si anak berhenti menangis dan mau pulang?

Ngapain lah ribet mesti dibujuk dulu dan mesti dibiarin nangis gitu? 

Kan malu-maluin anak menangis di tengah orang banyak. 😔

Aku pernah berpikir seperti itu waktu masih single. Hehe
//malu

Kalau sekarang setelah jadi 'Emak', aku sudah bisa paham kenapa Ibu itu melakukan usaha pembujukan. Bahkan malah sekarang aku dan suami bisa dikatakan 'tega' karena kami memilih untuk nggak serta merta membelikan semua barang yang diminta anak.

Dalam salah satu materi beliau, Abah Ihsan pernah mengatakan kalau mengasihi dan menyayangi anak itu berbeda. Jangan sampai kita menjadi orang tua yang bisanya hanya mengasihi, tapi lupa untuk menyayangi. 

Ya, gimana? Kita semua sebagai orang tua ya pasti lah menyayangi anak. Tapi tunggu dulu buibu, jangan sampai kita jadi orang tua yang ujung-ujungnya lembek. Depannya aja yang keras.
(Uhukkkk, kok negur diri sendiri???) 

Aku benar-benar tergugah tentang hal ini sehabis mengikuti seminar parenting Abah Ihsan tahun lalu, meskipun tidak mengikuti acaranya dengan full karena ternyata terbentur dengan acara keluarga, tapi tetap saja, banyak highlight penting tentang menjadi orang tua yang aku dapatkan dari acara tersebut.


1. Ada keinginan, ada usaha.


Simply karena fitrah anak sebagai manusia yang terbiasa berusaha, atau sering disebut beliau dengan "Hukum Kekekalan Usaha" yang ditunjukkan manusia saat masih anak-anak. 

Wajar kalau anak menangis saat menginginkan sesuatu, karena ya untuk anak seusianya cuma itu usaha yang bisa dia lakukan. Meski bisanya cuma menangis dan merajuk, dia tidak akan menyerah. 

Yep, itu fitrah seorang anak. Kalau keras kepala? Ya namanya kan juga manusia, ada yang konsisten, ada juga yang mudah mengubah strategi kalau dirasa kurang efektif. 

2. Ajari Sabar


Mengajari makna sabar pada anak ini salah satu pelajaran paling sulit. Stok sabar kita sebagai orang tua harus lebih banyak dan lebih luassss. 😢

Harus pandai berlapang dada jika ada tingkah anak yang menguji kesabaran kita. 


3. Ajari Bersyukur


Jangankan anak, kita sebagai orangtua juga sering lupa nih. Tapi anak sebagai versi manusia yang harus lebih baik dari kita, para orangtua, maka mengajari anak untuk bersyukur semakin awal akan semakin baik. 

Essensi syukur memang berat, mungkin anak masih belum terlalu paham, kita mulai dari kalimat Tahmid: Alhamdulillah... 

4. Ajari cara menjaga dan menyayangi


Mencuci boneka favorit, membereskan mainan yang berserakan ke tempatnya, kalau aku baca beberapa artikel yang ada di Internet, maka ada banyak sekali cara untuk menumbuhkan perasaan sayang dan juga perasaan ingin menjaga/merawat apa yang disayanginya. 

Hal ini juga penting, Nuy belum terlalu paham sih konsep ini  jadi sepertinya aku harus memberikan contoh yang lebih konkret lagi supaya mudah dipahami oleh anak-anak seperti Nuy. 🤗

5. Ajari cara mengkomunikasikan keinginan dan harapan


Dulu waktu kecil, aku tidak terbiasa menyuarakan keinginanku. Aku takut untuk speak up. Jangankan atas keinginan sendiri, diminta bicara pun aku akan lebih banyak diam. 

Jangan buku-buru judge dulu, ada alasannya kok kenapa aku tumbuh begitu, salah satunya adalah karena aku tumbuh di keluarga dengan single mom. Tumbuh dan berkembang dalam keterbatasan membuatku sedapat mungkin tidak ingin membebani orang tua (dalam hal ini mama). 

Jadilah aku tipe pemendam. Sewaktu masih di tingkat SD, aku pengen banget punya sepeda Polygon, aku diem. Waktu MTs naksir banget sama sepatu temen (aku masih inget merk-nya, Tomkins. LOL), aku juga diem. Waktu ngarep banget bisa kuliah ke Jogja, aku juga diem. Hahahaha. Sedih kalau ingat hal-hal begini, betapa aku memendam banyak mimpi tanpa bisa di realisasikan. :')

🍬🍦🍬

Catatan kecil yang harus selalu diingat.... 


Di awal aku ingin menerapkan bab ini, mungkin aku terlalu keras dengan poin pertama. Memang sih dalam hidup ada keinginan juga harus ada usaha, tapi pada anak-anak ya jangan terlalu keras juga. Kita manusia dan punya perasaan, kan? Anak-anak kita apalagi, dia masih belum se stabil kita yang sudah dewasa ini. 😔

Nenek Nuy sempat kritik, kata beliau jangan lupakan hadiah dan kabulkan harapan kecilnya, jangan sampai perasaannya seperti diabaikan. Nanti anak jadi sedih dan mencari jalan lain agar harapannya terkabul..

Apa pasal sampai nenek ngomong gitu?

Jadi ceritanya Nuy kemarin sempat pengen banget punya jam imoo. Tiap kali ada iklan di tv pasti dia bilang kalau pengen punya jam seperti yang ada di tv. Karena aku menganggap itu sesuatu yang nggak mendesak (dan udah googling, harganya nggak dompet friendly boook!) jadi aku iya iya aja nggak ngapa-ngapain.

Sampe akhirnya Nuy diajakin sama uwa-nya main ke tempat sodara. Kebetulan sodara ini ada punya jam tangan yang modelnya imoo, Nuy kayanya terpesona dengan jam tangan itu, sampai-sampai pas pulang dia diam-diam nyimpen jam tangannya dalam tas. Aku pas nanya ini jam siapa, katanya dikasih lho. Astagfirullah :'(

Akhirnya jam sodara tadi aku balikin, dan atas inisiatif uwa-nya, Nuy dibelikan jam sendiri supaya keinginannya terobati.

See? Jadi mendidik anak-anak itu memang tricky ya! Jangan terlalu permisif, tapi juga jangan terlalu keras. 

In the end of the day, Yes, we' re not a perfect mom. But, we're longlife learner, as a mom with kids. 

Post a Comment

Post a Comment

Halo, terimakasih banyak sudah mampir yaa :)
Silakan tinggalkan komentar, Insya Allah saya kunjungi balik ^^