EbMBK9LV3U2J5pqb5aBuXdjmVrgXJ3azcHngXLqi
EbMBK9LV3U2J5pqb5aBuXdjmVrgXJ3azcHngXLqi

Bagian dari Komunitas:

Bookmark

Pengalaman Tes Swab PCR di RS Umum Daerah


Meskipun agaknya ini telat sharing-nya, tapi saya pengen menuliskan pengalaman dan kesan saya menjalani tes PCR sekitar tiga minggu yang lalu.

Sebelumnya, di rumah hanya paksu yang berkala ikut swab tes karena bertugas langsung merawat pasien covid-19. Saya cuma tim manggut-manggut mendengar ceritanya tentang proses pemeriksaan, tapi karena kali ini kasusnya spesial, akhirnya saya ternyata juga harus melakukan tes. 

Saya sama sekali nggak menunjukkan gejala Covid. Badan saya tidak demam, indera penciuman dan lidah saya masih berfungsi dengan baik, saya juga tidak ada gejala batuk dan sesak nafas, namun demi kemaslahatan bersama, saya juga ikut swab.

Nggak Ada Gejala, Kenapa Ikut Tes Swab? 

Salah seorang rekan kerja saya positif Covid, dan saya bersama dengan teman-teman saya yang satu instansi kerja diwajibkan untuk melakukan swab untuk memastikan kalau tidak ada penularan yang terjadi. 

Rekan kerja saya ini padahal termasuk orang yang sangat disiplin menerapkan protokol kesehatan, tapi yang namanya virus memang bisa datang dari mana saja. Berbeda dengan para pekerja kantoran yang bisa melaksanakan pekerjaannya Work From Home, kami para nakes tetap harus Work From Hospital, dan bisa dibilang resiko penularan kami lebih tinggi. Meskipun demikian, mau bekerja dari manapun, tetap tugas kita bersama untuk menjaga kesehatan diri dan orang-orang lingkungan kita. 
Itulah kenapa saya mengikuti swab tes PCR. 

Tidak Sesakit yang Dibayangkan

Hahahaha, belagu amat ya. Tapi serius lah, ini saya bingung antara memang tesnya tidak seseram yang digambarkan atau memang ambang batas nyeri saya tinggi. 

Saya melakukan tes ini pagi hari tanggal 13 September sekitar pukul 11 pagi setelah sebelumnya dinas malam dan belum tidur. Saya antri dari pukul setengah 10, berharap semakin cepat antri, semakin cepat selesai jadi saya bisa cepat pulang ke rumah untuk istirahat. Tapi ternyata tesnya dilakukan tepat pada jam yang dijanjikan, yakni pukul 11 pagi. 

Saat datang, saya registrasi dulu dan mendapatkan item untuk swab berupa dua batang cotton bud panjang untuk pelaksanaan tes. 

Antriannya cukup lama, tapi tesnya ternyata sebentar sekali. Saya nggak pilah-pilah dokter, jadi waktu itu saya maju saja sesuai antrian. Sebelumnya saya melihat beberapa orang sampai menetaskan air mata usai menjalani swab. Saya jadi bingung, apakah sesakit itu?

Tapi ternyata tidak, kata sakit tidak tepat mengambarkan rasa itu, rasanya lebih mirip seperti waktu kita kelelep air saat berenang atau tersedak  air saat minum sampai rasanya nyeri di pangkal hidung. Tapi rasa itu sesaat saja, yakni saat pemeriksaan, tubuh kita merespon gerakan cotton bud yang dimasukkan ke dalam hidung kita untuk mengambil sampel cairan di saluran nafas dan tenggorokan. Selesai tes, perasaan aneh itu menurut saya langsung hilang.

Tips Sebelum Swab PCR

Ini tips sederhana sih, tapi saya kemarin membahas ini dengan suami, sebaliknya sebelum tes ngapain aja;

1. Sikat gigi yang bersih. Malu aja kalau sampai jigong atau gigi kotor bekas belum dibersihkan kelihatan nakes yang melakukan tes. Hehehe

2. Pendekkan bulu hidung jika memang offside. Nanti nakesnya sudah menarik sampel, kesangkut. 

3. Sedia permen atau minuman segar untuk dikonsumsi seusai tes, gunanya untuk mengusir rasa tidak nyaman usai tes. 

Hasil Tes Swab

Alhamdulillah hasilnya sudah keluar dan saya negatif covid-19. 

Meski hasil tes negatif, saya tetap harus ikhtiar menjaga kesehatan dengan melakukan protokol kesehatan secara disiplin, nggak boleh kendor sedikitpun. Saya akan tetap pakai masker saat berada di luar, cuci tangan pakai sabun tiap beraktivitas, menjaga jarak, dan menjaga kesehatan. 

Semoga kita semua selalu sehat dan berada dalam lindungan-Nya. Aamiin ya Rabbal Aalamiin.