EbMBK9LV3U2J5pqb5aBuXdjmVrgXJ3azcHngXLqi
EbMBK9LV3U2J5pqb5aBuXdjmVrgXJ3azcHngXLqi

Bagian dari Komunitas:

Bookmark

Ziarah ke Makam Datu Muning Rantau


Assalamualaikum.

Kabupaten Tapin terkenal dengan banyaknya makam "Datu" diwilayahnya, sebut saja diantaranya makam Datu Sanggul, Datu Kabul, Datu Suban, atau Datu Nuraya. Menurut hikayat, para Datu ini semasa hidupnya adalah ulama yang menyebarkan agama Islam di Nusantara, khususnya wilayah Tapin. Konon, karena dalamnya ilmu yang mereka miliki, mereka memiliki kekuatan istimewa yang tidak dimiliki manusia biasa.

Nah, kali ini saya akan bercerita pengalaman saya ziarah bersama keluarga ke Makam Datu Muning yang terletak di Desa Sungai Rutas, Kecamatan Candi Laras Selatan. Yuk, simak perjalanan saya sampai selesai! 

Ziarah Datu Muning Rantau
Selfie dulu, bareface tapi pakai kamera jahatt XD

Rute & Transportasi Menuju Makam Datu Muning


Nah, meskipun ini bukan kali pertama saya pergi ke tempat ini, tapi sepertinya dalam 10 tahun terakhir saya nggak pergi ke sini, jadi perjalanan ini seperti kilas balik untuk saya, seperti mengingat-ingat memori masa kecil :D

Saya berangkat kesini bersama mertua, suami, adik ipar, dan pastinya Nuy, dengan mengendarai mobil. Untuk rute angkutan umum yang ingin ke tempat ini memang agaknya sedikit sulit karena tidak ada angkot disini (letaknya masuk ke dalam), tapi terkadang ada taksi colt dari atau menuju Margasari yang lewat, jadi kalau berangkat dari Banjarmasin bisa pakai taksi Margasari.

Jika berangkat dari pusat Kota Rantau, maka jarak menuju Makam Datu Kuning sekitar 26 Km. Jarak tersebut ditempuh dengan menaiki kendaraan roda 4 atau roda 2 sejauh 20 Km, kemudian dilanjutkan dengan akses perahu sejauh 6 Km karena harus masuk ke dalam melewati sungai kecil. 

Perjalanan ke makam datu muning
Itu bukan pandan ya, itu sejenis sayuran seperti lobak. Enak dimakan, tapi masaknya luamaaaa.

Biaya menaiki sampan air/klotok menuju ke tempat ini memakan waktu sekitar 20-30 menit dengan biaya sebesar 150rb untuk perjalanan pulang pergi. Lumayan ya? Tidak terlalu mahal karena satu sampan bisa dinaiki sekitar 6 orang. Jadi, ada baiknya kesini bersama teman supaya biayanya bisa di sharing.

Kata suami yang sering menemani mertua kesini sih, dulu perjalanan kesini itu seru. Kenapa seru? karena dulu disini banyak pohon tinggi di kiri kanan rute menuju makam. Nah, di pepohonan itu banyak bekantan atau burung enggang (keduanya fauna khas Kalimantan) yang hidup dengan liar. Saya excited dong denger pertama kali. Pengen lihat juga XD

Sayangnya sekarang banyak pohon yang mati, ada beberapa batang yang saya lihat hangus. Mungkin bekas di bakar? Yah, sayang ya, padahal ini daerah rawa-rawa. Maksudnya, ngapain juga ditebang pohonnya. Toh nggak bisa dibikin bercocok tanam. Beberapa pohon yang lain juga ada yang putus karena disambar petir (sama-sama hangus sih kalau dilihat hahaha). 
So, kalau hari sedang hujan, mungkin ada baiknya mengurungkan niat kesini dulu, tunggu sampai reda baru dilanjutkan.

karena berada di atas rawa, jembatan kayu dijadikan sebagai pijakan saat berjalan.

Ada Apa di Makan Datu Muning? 


Dari situs website pemerintah kabupaten Tapin, tertulis bahwa area seluas 1 Ha ini dikelola oleh masyarakat sekitar secara swadaya. Namun di lokasi, ada plang yang bertuliskan Makam Datu Muning ini merupakan penataan desa wisata binaan Disporabudpar Kabupaten Tapin.


Plang dari disporabudpar, ada tempat sampah, wc juga. lumayan .


Di sekitar Makam Datu Muning, banyak pondok-pondok kecil yang dimaksudkan untuk menampung para pengunjung yang datang untuk sholat, atau sekedar makan dan beristirahat. Pondok-pondok ini biasanya akan sangat berguna jika memasuki minggu-minggu haulan Datu Muning, kalau sedang hari-hari biasa (apalagi weekdays) maka akan sunyi.

Nah, bangunan utama yang ada Makam Datu Muning didalamnya berupa bangunan semen modern yang bercat warna kuning. Ada buku surat Yasiin, dan beberapa buah buku Al-Qur'an yang disediakan.


Disediakan juga buku tamu.

Nah, yang paling saya suka dari lingkungan Sungai Rutas deket sama makam ini mungkin adalah sungainya masih belum tercemar. Asli deh, ini tuh semacam wilayah yang didatangi kru "Mancing Mania" kayaknya. Airnya masih jernih, banyak rumput laut air tawar yang tumbuh (artinya airnya masih bersih), dan kalau ditengok baik-baik, di air jernih itu ada banyaaaak banget anak ikan yang lewat.

Nggak heran kadang ada masyaraat sekitar yang lewat di area ini untuk malunta (memasang jaring penangkap ikan), wong ikannya tuh buanyak! 

Yang mau meliat kumpulan ikan di sekitar makam bisa lihat videonya ini:



Pada keasikan nyari ikan deh hahaha
Perjalanan kesini biasanya diteruskan lagi ke Makam Datu Kabul yang berada di wilayah Margasari, sekitar 20-30 menit perjalanan. Jadi setelah selesai ziarah disini, teman-teman bisa naik kelotok kembali ke rute darat lalu meneruskan perjalanan timur. Nah, khusus ke Datu Kabul nih juga harus memperhatikan cuaca karena jalannya masih tanah merah yang rentan basah dan bikin kotor, kalau pakai mobil bisa terjebak di tengah lumpur. Jadi paling aman memang naik sepeda motor.

Nah, sampai sini dulu cerita saya tentang Ziarah ke Makam Datu Muning Rantau. Nanti kapan-kapan saya cerita juga deh tentang perjalanan saya menuju ke Makam Datu Kabul.

Terima kasih sudah membaca ^^




Post a Comment

Post a Comment

Halo, terimakasih banyak sudah mampir yaa :)
Silakan tinggalkan komentar, Insya Allah saya kunjungi balik ^^