Di akhir liburan semester kelas XI SMK, aku dijemput Abah.
Hari itu panas terik, tapi kata Abah, beliau ingin
mengantarkanku kembali ke asrama sekolah. Aku saat itu tidak pernah tahu bagaimana
cara menjawab pertanyaan itu karena jujur saja: kami tidak pernah dekat.
Makna ‘dekat’ ini mungkin berbeda dengan orang lain
kebanyakan, yang mungkin saja ‘jauh’ yang mereka maksud adalah sulit membuka
diri dan membagikan perasaan satu sama lain. Namun, ‘tidak dekat’ yang kumaksud
disini adalah aku merasa kalau sosok Abah adalah orang asing. Orang yang hanya
terhubung secara biologis denganku, tidak kurang dan tidak lebih.
Ikatan emosional? Duh, sayang, aku umur segitu mana paham parenting. Yang aku pahami, lelaki di dunia ini harus diwaspadai, mereka semua mungkin saja serigala? Yah, semacam itulah. Aku tidak tertarik dengan hubungan antara laki-laki dan perempuan.
Dan itu semua mungkin karena Abah.