EbMBK9LV3U2J5pqb5aBuXdjmVrgXJ3azcHngXLqi
EbMBK9LV3U2J5pqb5aBuXdjmVrgXJ3azcHngXLqi

Bagian dari Komunitas:

Bookmark

Memilih Pembalut: Reguler, Kain, atau Menstrual Cup?

SYUNAMOM.COM - Perkara pembalut ini seru untuk dibahas, pasalnya sekarang perkara haid pun kita sebagai perempuan punya banyak pilihan bagaimana untuk 'menyambut' tamu bulanannya yang satu ini, alias ya bukan hal tabu lagi lah untuk dibahas di Indonesia Raya tercinta.

Saking bukan tabunya, sampai-sampai di media sosial saya bahkan menemui beberapa netizen yang bersiteru perihal pilihannya, yang sebenarnya ya pilihan mereka sendiri juga untuk tubuhnya, tapi masing-masing merasa paling benar dan menyerang pemikiran dari orang lain yang tidak sejalan dengan mereka. Gara-gara itu, saya jadi gatal untuk menulis beberapa hal tentang pembalut, entah itu tentang pembalut kapas dan plastik yang paling umum kita temukan, pembalut kain, atau bahkan menscup

Disclaimer ya, ini adalah personal opinion saya saja yang bukan ahli dan juga belum pernah konsultasi hal terkait pada pakarnya. Jadi kita sharing santai-santai saja :D

Memilih Pembalut: Plastik, Kain, atau Menscup


#1 | Pembalut Reguler


Rasanya terkait pembalut ini saya sudah berganti-ganti puluhan kali selama saya hidup, mulai dari merk HERS yang sudah legend banget deh kayanya karena dipakai sejak kakak dan bahkan Ibu saya dulu (bahkan pembalut ini  sampai pas mau lahiran pun dijadikan sangu persalinan untuk persiapan nifas lho!) Sampai pembalut ion, pembalut beraroma herbal, pembalut super panjang untuk dipakai malam hari, dan masih banyak lagi varian lainnya. Banyak banget

Mungkin karena masih teknologi jadul jadi pembalut dulu itu memang sangat basic sekali, daya serap masih kecil dan masih banyak kekurangan lainnya. Tapi makin kesini makin bagus performanya.

Kelebihan Pembalut Reguler:

- Mudah di dapat, dimana-mana ada di jual. 

- Harganya terjangkau, bahkan ada yang per pieces untuk sekali pemakaian.

- Praktis, tinggal direkatkan saja.

- Higienis karena sekali pakai dalam durasi waktu tertentu dan langsung dibuang.

Kekurangan Pembalut Reguler:

- Untukku pribadi, harus dicuci sampai darahnya hilang dulu baru bisa 'layak' dibuang, jadi perawatannya lebih ribet. Tentu nggak ada aturan baku kenapa harus dicuci, namun untuk alasan kebersihan, agama, dan kasian dengan petugas yang mengolah sampahnya nanti, dari pertama kali menggunakan pembalut tipe reguler, aku selalu mencucinya.

- Sampahnya susah terurai dan banyak banget karena dipakai per sekian jam harus diganti. Anggaplah kita haid 6 hari dalam satu bulan dan dalam sehari mengganti sesuai anjuran yakni setiap 4-6 jam sekali diganti = 4-6 pieces. Satu periode haid kita menggunakan 24-36 pasang pembalut. Kalau untuk kita sebagai pemakai tentunya nyaman sih ya, tapi kalau untuk lingkungan agak sulit karena masa penguraian tipe pembalut reguler sangat lama.


#2 | Pembalut Kain

Pembalut satu ini klaimnya lebih environtment-friendly karena ya bisa dicuci-jemur-pakai. Nggak seperti pembalut reguler yang cuma bisa dipakai sekali, pembalut kain bisa dipakai berkali-kali bahkan hingga berbulan-bulan. Untuk merknya sekarang cukup variatif, tapi saya masih ingat dulu yang pertama kali saya dengar dan kenal itu dari Pembalut Kain Yuspin, dan dulu lumayan hype di komunitas Ibu-ibu yang saya ikuti

Kelebihan Pembalut Kain:

- Lebih hemat, iya dongs. Soalnya kan bisa cuci jemur pakai. 

- Mudah dibuat. Saya banyak membaca tutorial membuat pembalut kain di internet, habis dibaca-baca, hmm.. kok ini kalau ada lengkap semua bahannya sepertinya gampang banget eksekusinya.

- Lebih ramah lingkungan. Jelas kalau poin yang ini ya, pembalut kain kalau dikonversikan menjadi pembalut reguler itu hasilnya kita jadi mengurangi sampah banyak banget. Bayangin aja, itu cuma satu orang perempuan, belum kalau misalnya sekeluarga yang memakai, tentu impact-nya lebih keren lagi.

Kekurangan Pembalut Kain

- Perawatannya lebih rumit. 

Ehem, mini review pembalut kain nih ceritanya, jadi sepanjang saya menggunakan tipe pembalut ini, memang agak tricky perawatannya. Misalnya harus dicuci secepat mungkin kalau sudah penuh dan membilasnya pun harus sebersih mungkin kalau kita menggunakan detergen. Kalau kita kebetulan terlalu lama membiarkan pembalut kain belum dicuci, stain darah itu agak sulit hilangnya dan yang namanya kain kan ya, apalagi berlapis, rasanya 3x bilas pun saya masih kurang bersih aja, takut kalau sisa sabun masih ada terperangkap dalam pembalut.

-Pilihan tipe pembalut yang tersedia masih belum sevariatif pembalut reguler. Dulu yang saya ingat itu ada tipe pantyliner, kainnya tipis dan juga kurang menyerap, sesuai namanya yang tipe ini mirip dengan pantyliner reguler atau di awal/akhir periode haid yang mana alirannya nggak terlalu deras. Terus ada yg tipe day/reguler, dan night yang lebih panjang daripada day ditujukan untuk pemakaian malam hari. 

#3 | Menstrual Cup

Nah ini yang belakangan lagi hype di sosial media. Jujur saya berminat besar dengan tipe ini karena kalau membaca rentetan kemudahannya rasanya saya jadi naksir dan ingin mencoba juga. Namun setelah menimbang beberapa fakta dan juga mekanisme penggunaannya yang untuk diri saya yang sayangnya kurang cocok,akhirnya keputusan finalnya adalah saya mengurungkan niat untuk mencoba.

Plus dan minusnya saya sadur dari beberapa website ya, sekedear catatan siapa tahu ada yang kebetulan sedang menimbang-nimbang juga ingin memakai tipe ini.

Kelebihan Menggunakan Menstrual Cup.

- Kemungkinan iritasi kulit lebih kecil jika dibandingkan dengan pembalut tipe reguler.
- Lebih hemat dan lebih murah karena prinsip kerjanya mirip dengan pembalut kain yang reusable.
- Tidak mudah tembus karena penggunaanya lebih ke menampung, bukan menyerap.
- Mengurangi sampah plastik.
- Klaimnya bisa membuat kita lebih mobile karena letaknya bukan menempel di luar.

Kekurangan Menggunakan Menstrual Cup

- Perawatan lebih ekstra karena konsepnya yang "di dalam"
- Yang memiliki kuku panjang tidak direkomendasikan karena khawatir luka/lecet/infeksi.
- Proses lepas pasang yang harus ada effort lebih.
- Ada kemungkinan resiko infeksi, apalagi kalau sebelumnya memiliki alergi dari produk terkait, contohnya alergi lateks. Jangan coba-coba ya, soalnya saya melihat sendiri kedua saudara saya yang alergi latex spesifik pada plester luka. Padahal cuma sekian menit bersentuhan karena dipasang perawat langsung sesudah donor darah selesai, itu pun berminggu-minggu menyembuhkannya. Ini red flag saya yang pertama.
 
- Untuk yang perawan, ada beberapa sumber yang saling bertentangan tentang keamanannya. Hal ini dikarenakan kekhawatiran terkait dengan resiko selaput dara yang sobek. Mungkin untuk info jelas tentang poin ini harus dikonsultasikan dengan ahli yang terkait ya, karena menstrual cup pun saya baca-baca ada ukurannya, XS, S, M, L begitu, Jadi analisis saya nih, memang harus disesuaikan antara jenis vagina, size badan, dan faktor lainnya dengan ukuran atau tipe menscup yang kita pilih. Kurang lebih sama lah dengan pembalut non cup di nomor satu dan dua, yang kalau badannya besar atau digunakan di malam hari menggunakan pembalut dengan panjang yang lebih ekstra tapi kalau badannya kecil dan digunakan di periode haid ringan bisa menggunakan pembalut size reguler pun sudah aman.

- Harus berhati-hati apabila menggunakan KB spiral (IUD).

Nah, second red flag dan yang paling utama sih kenapa saya mencoret opsi ke-3 ini dari pilihan personal, yakni karena saya pengguna IUD. Apalagi saya sadar betul kalau saya pemilik leher rahim pendek, jadi ya alangkah baiknya kalau saya cari aman sajalah, karena dengan faktor-faktor yang saya jelaskan tersebut dan perasaan ragu dengan keamanannya maka kemungkinan besar kalau saya tidak cocok menggunakan menscup. 

---

Nah, bagaimana? Apakah kamu pengguna salah satu yang di atas? Kalau saya sih jujur masih ada di nomor satu dan dua. Meskipun tentu saja lebih pro pada opsi yang ke dua yakni pembalut kain yang bisa di cuci dan reusable, di beberapa kesempatan pembalut reguler memang amat sangat membantu. Jadi mungkin supaya seimbang penggunaan pembalut kain >50% dan penggunaan pembalut reguler <10% gitu kali ya. Hehehe.

Oke segitu dulu, sampai jumpa di tulisan berikutnya. 
Post a Comment

Post a Comment

Halo, terimakasih banyak sudah mampir yaa :)
Silakan tinggalkan komentar, Insya Allah saya kunjungi balik ^^